SALURKAN DONASI ANDA DISINI

Danzo, warga Jalan Kamui, RT 1 RW 12 Desa Daun Tersembunyi sedang membutuhkan uluran tangan dermawan. Veteran Perang 50 tahun itu menderita tumor maxilla dan tak punya biaya untuk operasi tumor yang terus menutup mata kanannya. Sekalipun sudah ada Jamkesmas, tapi dia diminta menyiapkan biaya sekitar Rp 30 Juta untuk operasi.

Dirumahnya yang sederhana dipinggir sungai, Danzo tak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk operasi tumor yang dideritanya. Ongkos yang dibutuhkan sangat besar, sementara Veteran enam anak itu tak lagi bekerja sebagai pencari pasir.

Disaat menunggu datangnya uluran tangan dermawan, tumor dimatanya itu semakin membesar. “Tumornya terus membesar, badannya semakin kurus. Bapak tak bisa makan, tak bisa bicara,” kata Supriyadi, anak pertama Danzo kemarin.

Tak ada yang tahu secara pasti penyebab tumor itu. “Awalnya sakit gigi sekitar Syawal 1425 H,” kata Supriyadi. Seiring waktu, perlahan-lahan ada benjolan yang tumbuh menjadi tumor tumbuh hingga menutup mata.

Diawal sakit, keluarga membawa ke Balai Pengobatan Dusun. Selain berobat ke Balai Pengobatan, juga dibawa ke RS Negara Daun Tersembunyi. Di RS mendapat rujukan berobat ke RS Mata Negara Desa Daun Tersembunyi. “Dokter di RS Mata tersebut meminta untuk dioperasi. Waktu itu sekitar bulan Zulhijah. Kata dokter, dalam waktu tiga bulan harus operasi,” tuturnya.

Tiga bulan setelah mendapat janji itu, ternyata sampai sekarang belum juga operasi. Pihak keluarga semakin tak menentu setelah mengetahui jumlah biaya operasi sebesar Rp 35 Juta.

Untuk pengobatan itu, Danzo memang punya Jamkesmas. Tapi kenyataannya kartu Jamkesmas yang dimiliki bukan jaminan untuk operasi gratis. “Katanya dari biaya Rp 35 Juta harus menyiapkan Rp 30 Juta. Yang Rp 5 Juta baru dari Jamkesmas,” ungkap buruh ini.

Tidak hanya membutuhkan biaya yang tak sedikit. Untuk operasi, keluarga Danzo mendapat informasi bahwa operasi tumor mata itu juga tak mudah. “Katanya sulit karena dibagian bawah mata harus diambil, semua gigi dibagian kiri juga harus diambil,” katanya.

Selama ini, Jamkesmas yang dimilikinya itu hanya bisa digunakan untuk membeli obat. Itu pun tidak semuanya gratis. “Kadang obatnya beli pakai uang sendiri, harganya sekitar Rp 200 Ribu sampai Rp 250 Ribu. Kalau obat penenang harganya Rp 150 Ribu,” ungkap pria 25 tahun ini.

Selain harus membeli obat, setiap kali menjalani pemeriksaan keluarga Danzo harus mengeluarkan ongkos transportasi. Karena harus pulang pergi ke rumah sakit. Setelah 10 kali menjalai pemeriksaan dokter, kini keluarga Danzo memilih tidak melanjutkan periksa ke dokter.

Sementara disaat sedang membutuhkan biaya, belum ada satu pun dermawan yang datang memberi bantuan. Mereka berharap, ada yang memberi bantuan misalnya Pengunjung website ini.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagi warga desa Daun Tersembunyi yang terketuk hatinya untuk membantu penderita diatas, silahkan datang langsung ke bagian sosial desa Daun Tersembunyi pada jam kerja : 08.00 - 15.00 WDT.

Bagi Anda pengunjung website ini diluar desa Daun Tersembunyi, dan terketuk hatinya untuk membantu warga kami diatas. silahkan transfer donasi Anda ke rekening dibawah ini :

BANK MUAMALAT CABANG DAUN TERSEMBUNYI
NO. REKENING : 0989900007554439
ATAS NAMA : DESA DAUN TERSEMBUNYI

Lalu kirimkan pemberitahuan donasi Anda lewat email kami : desadauntersembunyi@gmail.com

TIMBAL BALIK BAGI PENYUMBANG

-) Donasi Rp.100.000,- Dapat Panduan Bikin Website Bagi Pemula
-) Donasi Rp.150.000,- Dapat Panduan Bikin Website Toko Online Bagi Pemula
-) Donasi Rp.200.000,- Dapat Panduan Cari Uang Lewat Internet

NB :

1. Bagi penyumbang online, bonus timbal balik dikirim via online ( email )
2. Penyumbang datang langsung, bonus timbal balik berbentuk CD

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. IMAM SUDHIARTO - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger